Adab Menyampaikan Pendapat

Namun, terkadang pemuda dalam bertindak masih memiliki sifat reaksioner dan spontanitas. Terutama ketika menyampaikan pendapat dalam suatu forum sehingga dapat mengalihkan suatu usaha dan potensi hingga kemudian menimbulkan perselisihan dan perpecahan dalam shaf.

Sesungguhnya, tingkatan ukhuwah terendah adalah kelapangan dada, sedangkan tingkatan tertinggi daripadanya mengutamakan orang lain. Dengan demikian, ketika menyampaikan pendapat, perlu adanya beberapa hal yang diperhatikan untuk menghindari setiap kata yang menimbulkan perselisihan.

More

‘Hobi adalah bisnis yang terbaik’

by @felixsiauw

“hobi adalah bisnis yang terbaik” mungkin ungkapan yang paling tepat dan terbukti kenyataannya, karena banyak bisnis yang dilakoni seseorang, awalnya adalah hobinya, kesukaannya

karena orang yang menyukai sesuatu, cenderung akan mengetahui sesuatu itu dari A-Z, tidak hanya tahu, dia memahami betul dan selalu ingin mencari tahu, karena dia suka

More

Membuka Mata Ketika Sujud Dalam Sholat

Pengobatan meningkatkan kekuatan penglihatan mata Anda. Hal ini sangat penting untuk orang-orang yang mata mereka yang lemah dan juga untuk semua orang. 
Otot mata yang lemah, akan menyebabkan ketidakmampuan dalam melihat secara akurat.

Untuk memulihkan mata dan menjaga kekuatan ototnya, maka sebaiknya mengikuti sunnah selama sholat. 

Kita harus selalu membuka mata kita selama sujuud, dan ketika berdiri pandangan mata melihat tempat sujuud. Jaga mata Anda tetap fokus pada satu titik tempat sujuud.

Hikmah di balik pandangan mata tetap fokus pada satu titik tempat sujuud adalah:
Saat rukuu’, otot mata akan menekan lensa mata untuk meningkatkan visi dan saat Anda bangun mata otot mata akan melonggarkan. 
Sementara saat sujuud, lensa mata akan menyusut karena jarak antara mata dengan tempat sujud memendek, dan ketika Anda bangun lagi itu akan mengendurkan otot-otot mata. 

More

Wanita Dengan Lika-Likunya

Bismillahir-Rahmanir-Rahim….
Wanita berkata ingin menjadi bunga terindah di dunia
Dan pria berkata ingin menjadi matahari.
Wanita tidak mengerti kenapa pria ingin jadi matahari,
bukan kupu kupu atau kumbang yang bisa terus menemani bunga…

__.♥♫♥♫♥♫♥♥♫♥♫♥♫♥♥♫♥♫♥. * . * . * . * ..

Wanita berkata ingin menjadi rembulan
dan pria berkata ingin tetap menjadi matahari.
Wanita semakin bingung karena matahari dan bulan tidak bisa bertemu,
tetapi pria ingin tetap jadi matahari….

__.♥♫♥♫♥♫♥♥♫♥♫♥♫♥♥♫♥♫♥. * . * . * . * ..

Wanita berkata ingin menjadi Phoenix…
yang bisa terbang ke langit jauh di atas matahari,
dan pria berkata ia akan selalu menjadi matahari….

__ More

Talbil Iblis

Oleh: Dr. Adian Husaini

Dr. Syamsuddin Arief, alumni ISTAC yang sedang mengambil doktor keduanya di Frankfurt Jerman, beberapa waktu lalu menulis satu artikel yang menghebohkan di hidayatullah.com. Judulnya: DIABOLISME INTELEKTUAL.

Artikel ini segera menyulut tanggapan keras dari seorang aktivis Islam Liberal, yang segera menuduh bahwa orang seperti Dr. Syamsuddin Arief cenderung punya kelainan jiwa (mental disorder), karena merasa dirinya paling benar dan paling bersih.

Melalui artikelnya, Syamsuddin menjelaskan, bahwa “diabolisme” berarti pemikiran, watak dan perilaku ala Iblis ataupun pengabdian padanya.
Dalam kitab suci al-Qur’an dinyatakan bahwa Iblis dikutuk dan dihalau karena menolak perintah Tuhan untuk bersujud kepada Adam. Iblis tidaklah atheis atau agnostik. Iblis tidak mengingkari adanya Tuhan.

Iblis tidak meragukan wujud maupun ketunggalan-Nya. Iblis bukan tidak kenal Tuhan. Ia tahu dan percaya seratus persen. Tetapi, meskipun ia tahu kebenaran, ia disebut ‘kafir’, karena mengingkari dan menolak kebenaran.

More

Sesuatu yang Perlu Diketahui

The American Association Doctor telah memberikan jawaban untuk penyebab kanker:
1. Jangan minum teh dalam gelas plastik.
2. Jangan makan apa pun yang panas dalam kantong plastik misalnya chip.
3. Jangan memanaskan bahan makanan dalam microwave menggunakan bahan plastik.

INGAT ketika plastik kontak dengan panas, akan menghasilkan bahan kimia yang dapat menyebabkan 52 jenis kanker.
Oleh karena itu, info ini lebih baik dari 100 ingo lain yg kurang berguna.

informasikan pada orang yang Anda cintai sehingga bebas dari efek tersebut.

Sangat berguna:

More

Khasiat Ayat Kursi

Baca pada saat keluar rumah,
70000 malaikat akan menjagamu dari semua sisi.

Baca saat masuk rumah,
Kemiskinan tidak akan memasuki rumahmu.

Baca setelah berwudhu,
Derajatmu akan dinaikkan 70 tingkat.

Baca pada saat tidur,
Malaikat akan menjagamu sepanjang malam.

Baca setelah sholat,
Maka jarak antara kamu dan surga hanyalah kematian.

More

Godaan Iblis

Siapa suka mandi , sambil menyanyi??? ada  . . . . 
sayang nih klw dilewatkan, yuk  baca :
Dalam sebuah hadis,Rasulullah bercerita bahwa Iblis meminta tempat tinggal kepada Allah seperti halnya Allah memberikan tempat tinggal kepada anak adam  untuk berada di bumi.         

“Ya Allah,,adam dan keturunannya Engkau beri tempat tinggal di bumi,,maka berilah pula aku tempat tinggal..!!” Kata Iblis..Allah berfirman,,”Tempat tinggalmu adalah kamar mandi atau tandas”(HR. Bukhari)

More

Pendidikan ADAB.. Mutiara yang hilang

Catatan Kajian Malam Selasa tanggal 4 Mei 2015 di Masjid Jogokaryan bersama Ustadz Dr. Adian Husaini tentang Pendidikan Islam untuk Keluarga di Era Globalisasi.

Masalah pendidikan Islam menjadi perkara yg aktual. Inilah jantung kebangkitan Islam.

Kita masuk dlm globalisasi yg luar biasa. Kata seorang ulama dari India, belum pernah umat islam mengalami ujian iman seperti saat ini. Padahal beliau mengatakan ini di tahun 70-an. Kalau sekarang?

Jangan resah dengan datangnya gelombang-gelombang kekufuran. Satu belum selesai, muncul lagi yang lain. Bahkan yang tak bermutu pun tetep laku di sini. Aneh memang negeri antum ini.

Awalnya mengatakan Al-Qur’an tidak suci, lalu lama-lama berani menginjak lafadz Allah, lama kelamaan berani menginjak Al-Qur’an, dan seterusnya. Belum lama ini muncul tulisan, “Selamat datang di area bebas tuhan”, ataupun “Tuhan membusuk”. PKI saja yang tak beragama itu tidak sampai seperti itu.

Sekarang ini, walau jarak mungkin cuma 1 meter tapi kita tak tahu apa yg sedang dibaca/dilihat anak-anak kita.

Tahukah nanti di akhirat, masing-masing anggota keluarga akan lari menyelamatkan dirinya. Ibu meninggalkan anak, suami meninggalkan istri. teman meninggalkan sahabatnya. Semua sibuk dengan urusan masing-masing menjalani pengadilan. Pengadilan agung di hadapan seadil-adil hakim yang takkan mungkin berlaku dholim, apalagi bisa disogok. Tak ada pembelaan, bahkan tangan dan kaki sendiri menjadi saksi.

Kasihan, banyak orang yang kurang faham. Mereka mencari-cari beban tambahan baru. Yang menjadi kewajibannya itu adalah menjaga keluarga dari neraka. Tapi yang ini belum selesai, sudah ‘pengen’ menjadi gubernur, dekan, rektor, atau presiden. Padahal permasalahan keluarga saja sudah sedemikian rumitnya.

Imam Abu Hanifah pernah diminta berkali-kali menerima jabatan yang ditawarkan Sultan ketika itu. Jawab Imam Abu Hanifah: tidak mau. Sultan tetap memaksa karena sudah sampai berjanji untuk menjadikannya salah satu petugas pemerintahan. Tetap ditolak oleh Imam Abu Hanifah. Kata beliau: Sultan lebih bisa membayar kafarat atas sumpahnya dibanding Imam Abu Hanifah sendiri yang menanggung beban tanggung jawab itu. Maka dijebloskanlah beliau ke penjara, dicambuk setiap hari. Logika yang saat ini sangat-sangat tidak masuk akal.

Di Sidogiri, Pasuruan, ada sebuah pesantren yg masih menganggap bahwa dana dari pemerintah itu syubhat. Tidak jelas, ini dana hasil pajak dari miras atau apa.

Pendidikan sekarang direduksi maknanya sebatas pendidikan formal saja, yang terbayang ialah gambaran gedung sekolah, dll. Sedangkan yang tidak sekolah dianggap tak terdidik.

Jangan terkena penyakit ‘sekolahisme’. Menganggap sama pendidikan dengan sekolah, sekaligus membatasi belajar hanya ketika menempuh pendidikan formal. Nilai dan gelar dikejar, walau kadang sampai meninggalkan keluarga.

Padahal yg diwajibkan bukan bersekolah, tapi mencari ilmu. Ilmu sendiri sudah kacau pengertiannya. Apakah ilmu itu sama dengan sains? Ataukah sama dengan knowledge?

Dalam bahasa arab sendiri ada beberapa kosakata yang berkaitan dengan pendidikan: tarbiyah, ta’lim, tazkiyah, dll. Di kitab-kitab klasik, kata yang digunakan adalah adab.

Kata adab ini sekarang hilang dari kosakata pendidikan kita. Yang ada malah karakter. Sering orang bilang: orang-orang Jepang karakternya bagus, pekerja keras, etos tinggi, dll. Setelah mendalami tentang adab, saya kira tak perlu lagi yang namanya pendidikan karakter itu.

Alkisah seorang ulama mengalami sakit perut. Bolak balik ia wudlu sampai 17 kali. Alasannya hanyalah karena dia tak mau menulis kecuali dalam keadaan sudah wudlu.

Imam Ahmad memiliki murid sekitar 5.000 orang. Hanya 500 orang yang kemudian menjadi penulis hadits. Sisanya (4.500 orang) ternyata belajar adab dan sikap dari interaksi dengan beliau.

Abdullah bin Mubarok: hampir-hampir adab itu duapertiganya agama.

Pembahasan adab bisa dibaca dalam pembukaan kitab adab dari KH Hasyim Asy’ari.

Hak anak terhadap orangtua ialah:
mendapat baiknya nama,
mendapat baiknya persusuan (pengasuhan), dan
mendapat baikny adab.

Adab: kemampuan dan kemauan muslimin dalam memahami sesuatu sesuai dengan harkat yg ditentukan oleh Allah.

Pendidikan: proses penanaman adab berangsur-angsur sehingga mengetahui, lalu bersedia menyikapi dengan benar sesuai pengetahuan tentang adab itu tadi. Dan saat ini, pendidikan seperti itu belum bisa dikerjakan oleh pendidikan formal.Contohnya, beranikah kampus mengeluarkan mahasiswa yang tak berakhlak?

Kunci pendidikan dari Nabi saw:
1. banyaknya keteladanan,
2. seringnya pembiasaan,
3. ditegakkannya aturan.

Tahun 77, Prof. Al Atttas sudah mengingatkan: hilangnya adab di dunia Islam menjadi krisis umat. Adab tidak datang dari universitas maupun pengetahuan, tapi datang dari hikmah. Hanya yang diberikan hikmah oleh Allahlah yang mampu beradab.

Luqman, seseorang yang sudah diberi hikmah dan karunia Allah berupa prophetic knowledge. Nasihat Luqman, kepada anaknya:

13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
Maknanya: mengajarkan agar mencintai Allah, menempatkan-Nya pada tempat yang sepantasnya, serta tidak berlaku syirik. Lihat QS. Maryam: 88-91. Lihatlah bagaimana kemurkaan Allah, bagaimana langit hampir pecah, bagaimana bumi nyaris terbelah, bagaimana gunung seakan akan runtuh ketika manusia mengatakan Allah mempunyai anak.

14 & 15. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Maknanya: ajari bagaimana hormat dan bakti kepada orangtua.

16. (Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
Maknanya: ajarkan tentang ikhsan, kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi kita.

17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Maknanya: perintahkan untuk sholat
dan beramar ma’ruf nahi munkar. Kata Imam Ghozali: jatuh-bangunnya umat Islam tergantung pada bagaimana amar maruf nahi munkarnya.

18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Maknanya: ajarkan bagaimana interaksi dengan masyarakat.

Beradab itu salah satu aspeknya adalah sopan. Namun beradab tak hanya sopan dan lemah lembut. Coba bayangkan perkataan Nabi Ibrahim kepada ayahnya, yang mengatakn bahwa ayahnya itu adalah sesat sesesat-sesatnya. sampai-sampai beliau menghancurkan patung-patung yang dijadikan sesembahan. Sehingga adab itu juga bermakna: tahu kapan harus sopan, kapan harus keras.

Nabi saw itu cinta damai. Tapi ketika diajak perang oleh musuh, dilayani. Ketika dikhianati yahudi pun, pedang yang berbicara.

Banyak yang tidak tahu, pergerakan Muhammadyah adalah konteraksi atas maraknya pemikiran-pemikiran freemason di nusantara.

Sekarang ini orang-orang pintar jarang sekali menjadikan pendidikan guru sebagai tujuan utama. Yang masuk ke pendidikan guru kebanyakan ‘sisa’ dari jurusan-jurusan favorit. Tak heran, guru-guru sekarang berkurang kualitasnya.

Guru itu menyusun kurikulum saat pembelajaran, menyesuaikan anak-anak didiknya. Bukan sekedar menerapkan kurikulum kiriman, sampaikn saja apa adanya, selesai materi lalu ujian, yang nilainya 7 ke atas disebut pintar, sisanya remidi. Bukan begitu.

Walau anak sudah disekolahkan, orangtua harus tetap mendampingi. Tanyalah apa saja yang diajarkan, apa saja yang dilakukan.

Semestinya, mahasiswa UGM itu di 1 tahun pertama belajar ulumuddin dulu.
Dilihat perkembangannya, bagaimana solatnya, nyontek atau tidak, bagaimana akhlaknya ke orangtua, setelah selesai baru masuk ke materi kuliah.

Ciri belajar: menulis dan merenungkan apa yang didapatnya. Sedangkan perumpamaan orang bodoh ialah pergi berburu, sukses mendapat buruan, lalu malah dilepaskan.

Turki, dipotong sejaranhnya oleh Kemal Ataturk, dengan cara mengganti huruf arab ke huruf latin sehingga banyak manuskrip lama yang tak bisa dibaca generasi-generasi selanjutnya. Jawa pun demikian. skrip  arab melayu sudah banyak tak terbaca, padahal itu warisan hasil karya pendahulu.

Menghafal Al-Qur’an itu penting namun bukan fardlu ‘ain. Sedangkan beradab itu fadlu ‘ain. Tak elok jika bisa hafal Al-Qur’an namun mengesampingkan tentang adab.

Kadang perlu strategi dalam mendidik anak. Contoh: ayah dan ibu bisa bergantian berlaku keras atau lembut. Karena ada kasus, terlalu kerasnya ayah, menyebabkn anak kehilangan figur ayah yang baik. Kemudian dia sangat dekat ke ibu. Sehingga perilakunya kewanita-wanitaan, padahal anak ini laki-laki. Hingga akhirnya tak sedikit yang terjerumus dalam pergaulan dengan gay.

Para sahabat itu haus ilmu, mereka bisa disebut sebagai scientific society. Belajar, belajar, dan belajar, serta tak membiarkan adanya kesalahan. Sampai-sampai ada sahabat itu yang bisa mempunyai catatatan mushaf 30 juz lengkap, atau ribuan hadits, walaupun ketika itu ditulis di sebarang tempat. namun fisiknya tetap kuat-kuat. Sehingga sampai umur kepala lima lebih pun masih sanggup turut dalam perang.

*Ditulis oleh B. Ariananda, dengan sekian perubahan.

Pertanyaan Tentang Jodoh: Sebuah Konspirasi

Entah sudah lebaran ke berapa ini terjadi, entah untuk berapa lebaran lagi…

“Kapan Tuhan akan mengirimkan jodoh buatku?” Itu pertanyaan pribadimu. Keluh rahasiamu. Yang kadang-kadang kamu gumamkan di saat-saat paling sunyi di kesendirian dirimu.

“Kapan kamu menikah?” Itu pertanyaan mereka—entah mengapa selalu terasa seperti sebuah serangan terbuka.

“Apa-apaan ini!?” Katamu, sambil mendirikan benteng pertahanan. “Aku juga ingin menikah, kok! Aku sudah berusaha sekuat tenaga! Aku sudah mengupayakan yang terbaik… Aku masih menunggu—aku hanya percaya Tuhan akan memberikan yang terbaik untukku!” Sambungmu.

“Jadi, kapan kamu menikah?” Untukmu, di sini, sepandai apapun kamu menjawabnya atau tidak menjawabnya, pertanyaan itu akan selalu ada sebelum kamu menuntaskan semuanya.

“Doakan saja…” Jawabmu. Diplomatis.

Mereka mengangguk. Juga diplomatis. Semoga mereka benar-benar mendoakanmu…

Tapi dua minggu, atau dua bulan, atau setahun berikutnya, seperti setiap lebaran tiba, mereka akan mempertanyakan lagi hal yang sama: Kapan kamu menikah?

Kali ini, kamu tersenyum. Menggelengkan kepala. “Tenang saja,” katamu. Sementara rasa waswas menyerangmu dari dalam. Dan dalam kedip matamu yang ketiga, kamu menghitung jumlah usia. Tenang saja?

Mereka tersenyum. Tetapi tentang semua ini, senyum mereka seringkali tak membuatmu bahagia. “Tenang, tenang, tenang… Semua masih baik-baik saja—meski tak sesuai rencana.” Kamu mencoba mengobati dirimu sendiri.

… dan para penanya mungkin berlalu, tetapi pertanyaan-pertanyaan itu selalu ada untukmu. Lagi dan lagi. Dari siapa saja: Kapan kamu menikah, sih?

“Bah, apa-apaan ini? Konspirasi macam apa ini!?” Umpatmu dalam hati.

***

Sekarang, mari mengobrol santai. Mari kita bayangkan sepasang jodoh sebagai dua manusia yang berdiri di dua tepi pantai yang dipisahkan lautan—saling mengandaikan.

Dengan demikian, perjodohan, atau pernikahan, barangkali semacam kehendak untuk saling mempertemukan diri satu sama lain. Keduanya boleh jadi diantarkan takdir untuk bertemu atau dipertemukan, tetapi nasib dan hidup baru bermakna setelah kita memberinya kata kerja, kan? Maka menyeberanglah! Sebagaimana nasib, juga hidup, jodoh selalu butuh kata kerja untuk membuat dirinya jadi bermakna.

“Bagaimana kalau jodohku bukan dia yang sedang menunggu seberang lautan—berdiri di tepian pulau yang menghadap ke arah kita secara berlawanan?” Tanyamu.

Bagaimana kamu tahu? Siapa yang tahu?

Kamu menggelengkan kepala. “Aku tidak yakin, sebenarnya. Selalu tidak yakin.” Jawabmu.

Keyakinan adalah modal pertama agar kamu bisa menyeberangi lautan, bukan? Itu saja.

“Tapi aku melihat banyak orang yang menemui seseorang yang keliru di seberang lautan!” Keluhmu. “Bagaimana kita tahu jodoh yang tepat?”

Tidak ada yang tahu. Siapa yang tahu?

Tapi, sudahlah. Apa yang salah tentang kegagalan? Kegagalan hanyalah sebuah alternatif. Jalan memutar menuju keberhasilan. Entoh tak tersedia pilihan lainnya setelah itu selain keberhasilan, kan? Lagipula bukankah cerita hidup manusia dimulai dengan sebuah peristiwa kegagalan? Aku mencoba meyakinkanmu—dengan apa saja. Kali ini hanya agar kamu berani menyeberang lautan.

Sayangnya, kamu tetap menggelengkan kepala. “Aku tak bisa berenang dan aku tak mau berlayar!” Katamu.

Bagaimanapun aku tak bisa memaksamu. Tetapi apapun pilihanmu, jodoh tetaplah sepasang manusia di dua tepian pulau yang terpisahkan lutan. Tinggal kamu yang memutuskan… Sementara kita bisa melihat lautan dengan dua cara pandang yang berbeda: Bentangan kekejaman yang memisahkan dirimu dari jodoh yang tengah kau andaikan, atau instrumen yang membuatmu selalu punya kemungkinan untuk bisa mencapai pulau lainnya dari pulau tempatmu kini berdiri.

“Seberapa dalamkah sebenarnya lautan?” Itu pertanyaanmu berikutnya. Terdengar ragu-ragu.

Kali ini aku yang menggelengkan kepala. Tak ada satupun manusia yang benar-benar tahu, tak ada yang pernah benar-benar bisa mengukurnya. Tuhanlah yang Maha Tahu Segalanya, sementara manusia hanya bisa menduga-duga, kan?

Kamu menghela napas panjang. Lantas menganggukkan kepala pelan-pelan.

***

Selamat menyambut lebaran. Selamat menyambut serangkaian pertanyaan tentang jodoh dan masa depan.

“Jadi, kapan kamu menyeberang? Kapan kamu menikah?”

“Bah, konspirasi macam apa ini!”

FAHD PAHDEPIE

Previous Older Entries